Sabtu, 03 September 2016

Tax Amesty dan bubble properti


Program tax amesty sekarang ini sedang gencar dikampanyekan pemerintah diharapkan dapat mengumpulkan pendapatan pajak sebesar 165 triliun. Walaupun banyak kalangan meragukan angka tersebut, para pengusaha tentu saja berharap mendapat berkah dari program pemerintah tersebut.


Salah satu sektor yang akan kecripratan dana repatriasi (disebut pemerintah akan mencapai 1000 triliun) adalah sektor properti. Dalam kebijakan tax amesty, dana repatriasi dapat digunakan untuk melakukan investasi di sektor properti selain intrumen investasi lain seperti deposito atau obligasi, walaupun nantinya dalam waktu tiga tahun harus dikembalikan lagi ke rekening repatriasi.

Properti banyak diminati sebagai instrumen investasi karena memberikan keuntungan yang cukup besar walaupun tidak selikuid intrumen investasi di sektor keuangan seperti obligasi, saham atau deposito. Properti disukai, selain mendapat pendapatan dari aset properti (sewa), keutungan tambahan bisa diraih dari kenaikan nilai propertinya itu sendiri.

Pada kwartal pertama tahun ini, index harga properti residential naik 1% sementara tahun lalu pertumbuhan melambat menjadi 4,15%. Kedepan pertumbuhan properti diyakini akan semakin baik, Apalagi disokong oleh beberapa kebijakan lain yang pro kepada pertumbuhan properti.

Pengurangan DIRE (Dana Investasi Real Estate) menjadi total 1,5% dan pengurangan PPh atas pengalihan tanah dari 5% menjadi 2,5% akan membuat bisnis properti bergairah. Apalgi BI juga telah menurunkan uang muka rumah untuk fasilitas kredit pertama menjadi 10 hingga 15 persen untuk fasilitas kredit rumah pertama dan kedua.

Kebijakan lain yang juga digaungkan pemerintah atas dibukanya kepemilikan properti oleh orang asing diyakini tidak memberikan dampak yang besar mengingat batasan yang terlalu tinggi sehingga ceruk pasarnya tidak terlalu besar.

Peluang besar atas dana repatriasi ini selain menggembirakan dunia properti sekaligus juga menjadi ancaman bubble properti apabila tidak disikapi dengan tepat. Potensi terbesar terjadi bubble properti ada disegmen atas yang diperkirakan menjadi sasaran dana repratiasi hasil tax amesty.

Bagaimana proses bubble properti terjadi? Bubble properti tidak akan terjadi saat ini tetapi beberapa tahun kedepan ketika dana repatraisi yang di investasikan ke properti sudah waktunya kembali ke rekening repatriasi yang artinya supply rumah seken akan menyerbu pasar sementara pengembang terus gencar menciptakan produk baru sehingga supply rumah melebih demand.

Bubble properti kemungkinan hanya akan mengancam segmen atas, untuk segmen menengah ke bawah kecil kemungkinan terjadi mengingat masih banyak masyarakat yang belum memiliki rumah bahkan backlog nya mencapai 13,5 juta rumah,

Kalo dibandingkan dengan bubble yang terjadi pada era 90an dimana bubble properti dipicu oleh kredit macet, kondisinya jauh berbeda. Sekarang ini pelaku properti dan pengendali instrumen keuangan sudah berpengalaman sehingga masing-masing memiliki strategi sendiri untuk menghindari bubble properti.

Sebaiknya dana repatriasi diarahkan untuk masuk ke investasi proyek infrastruktur yang akan memberikan multiplier efek yang lebih besar ketimbang properti. BI diharapkan juga bisa menerapkan kebijakan LTV lebih dinamis untuk mengendalikan kredit macet dan pengembang sekarang lebih pintar mengatur momentum untuk mengeluarkan properti baru,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar